Kalau membahas mengenai berapa jumlah atau persentase retur barang yang ideal, Sebetulnya tidak ada aturan atau pedoman baku atau pedoman khusus yang bisa membuat seragam batasan maksimal jumlah retur. Karena untuk masing-masing perusahaan atau pemasok barang mempunyai kebijakan jumlah maksimal retur barang yang berbeda-beda.
Ada yang mempunyai kebijakan jumlah retur hanya 10% dari jumlah netto nota, Atau ada juga yang memberikan batasan maksimal retur tanpa batas. Namun dari pemasok atau penjual barang mempunyai dasar atau pedoman dalam menetapkan jumlah maksimal retur dari penjualannya.
Ada yang mempunyai kebijakan jumlah retur hanya 10% dari jumlah netto nota, Atau ada juga yang memberikan batasan maksimal retur tanpa batas. Namun dari pemasok atau penjual barang mempunyai dasar atau pedoman dalam menetapkan jumlah maksimal retur dari penjualannya.
Dari beberapa pemasok atau penjual barang, Dalam memberikan jumlah maksimal retur berdasrkan beberapa hal berikut.
- Berdasarkan Harga pokok penjualan barang atau produk.
- Berdasarkan kekuatan atau daya saing penjualan barang atau produk dipasar.
Berikut uraian dan penjabaran untuk kedua dasar pemberian kebijakan jumlah maksimal retur diatas.
Berdasarkan Harga pokok penjualan barang atau produk
Untuk dasar ini, Pemasok atau penjual tidak bisa begitu saja memberikan jumlah atau persentase maksimal retur. Dan untuk menentukan batasan maksimal retur diperlukan cara menghitung batasab jumlah retur ideal agar kebijakan retur yang diambil tidak berdampak negatif pada laba perusahaan.
Bagaimana cara menghitung batasan retur ideal?, Saudara bisa kunjungi artikel dibawah ini;
* Cara menghitung batasan jumlah retur yang ideal
Agar perusahaan bisa menentukan jumlah retur ideal, Tentunya harus bisa menghitung dan menentukan dengan benar berapa jumlah harga pokok penjualan untuk suatu produk yang akan dipasarkan. Untuk penghitungan awal, Biasanya akan ditentukan jumlah maksimal retur pada posisi break event point, Dimana pada posisi ini pemasok atau penjual berada pada titik tidak untung dan juga tidak rugi. Pada posisi ini, Sekilas perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, Namun jika dipahami lebih mendalam sebetulnya perusahaan masih akan memperoleh keuntungan. Karena pada posisi BEP, Pemasok atau penjual masih mempunyai produk yang diretur pembeli atau toko yang masih bisa dijual kembali. Dan dengan mengelola retur agar menjadi omset penjualan pemasok masih akan mendapatkan laba.
Bagaimana mengelola retur agar menjadi omset penjualan?, Silahkan baca pada artikel dibawah ini;
* Mengelola retur agar menjadi omset penjualan
Bagaimana cara menghitung batasan retur ideal?, Saudara bisa kunjungi artikel dibawah ini;
* Cara menghitung batasan jumlah retur yang ideal
Agar perusahaan bisa menentukan jumlah retur ideal, Tentunya harus bisa menghitung dan menentukan dengan benar berapa jumlah harga pokok penjualan untuk suatu produk yang akan dipasarkan. Untuk penghitungan awal, Biasanya akan ditentukan jumlah maksimal retur pada posisi break event point, Dimana pada posisi ini pemasok atau penjual berada pada titik tidak untung dan juga tidak rugi. Pada posisi ini, Sekilas perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, Namun jika dipahami lebih mendalam sebetulnya perusahaan masih akan memperoleh keuntungan. Karena pada posisi BEP, Pemasok atau penjual masih mempunyai produk yang diretur pembeli atau toko yang masih bisa dijual kembali. Dan dengan mengelola retur agar menjadi omset penjualan pemasok masih akan mendapatkan laba.
Bagaimana mengelola retur agar menjadi omset penjualan?, Silahkan baca pada artikel dibawah ini;
* Mengelola retur agar menjadi omset penjualan
Berdasarkan kekuatan atau daya saing penjualan barang atau produk dipasar
Jika perusahaan menggunakan dasar ini, Tentu perusahaan dituntut untuk bisa melakukan pengamatan dan evaluasi kekuatan produk dipasaran. Jika produk mempunyai daya jual dan penyerapan pasar yang tinggi dibanding pesaing, Perusahaan pemasok bisa menentukan kebijakan jumlah atau persentase retur yang besar atau bahkan bisa memberikan kebijakan retur tanpa batas kepada toko atau relasinya. Karena pada dasarnya kebijakan retur yang terapkan tidak akan begitu berpengaruh besar kepada pemasok atau bahkan kepada relasi. Hal ini terjadi karena barang akan cenderung laku dipasaran atau bahkan dicari konsumen, Jadi kemungkinan terjadi retur dalam jumlah banyak sangat kecil. Dalam posisi barang mempunyai daya serap pasar yang tinggi, Kadang toko relasi tidak akan begitu memikirkan kebijakan retur yang ditentukan oleh pemasok barang.